Berita Terkini Indonesia -- Gelombang kerusuhan mengguncang Los Angeles setelah unjuk rasa menentang penggerebekan imigrasi oleh otoritas federal berujung bentrok. Pemerintahan Presiden Donald Trump merespons dengan mengerahkan 2.000 personel Garda Nasional pada Sabtu (8/6) untuk meredam eskalasi.
Mengutip laporan Reuters, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menyatakan bahwa Pentagon siap menurunkan pasukan militer aktif jika situasi semakin memburuk. Saat ini, pasukan Marinir di Camp Pendleton telah disiagakan.
Bentrokan antara demonstran dan aparat federal terjadi di kawasan Paramount, tenggara Los Angeles, di mana beberapa pengunjuk rasa terlihat mengibarkan bendera Meksiko. Sementara itu, di pusat kota Los Angeles, sekitar 60 orang berunjuk rasa dengan meneriakkan slogan “ICE out of L.A.!”
Presiden Trump telah menandatangani memorandum presiden yang mengizinkan pengerahan Garda Nasional guna mengatasi kekacauan yang disebut “dibiarkan tumbuh” oleh Gedung Putih. Tom Homan, Koordinator Kebijakan Perbatasan Trump, menegaskan pengerahan dilakukan di Los Angeles.
Namun, Gubernur California Gavin Newsom mengecam kebijakan ini sebagai provokasi politik. Dalam unggahan di platform X, ia menyebut tindakan Trump sebagai “pertunjukan politik” dan bukan karena kurangnya aparat keamanan. Newsom juga menyebut ancaman pengerahan militer terhadap warga AS sebagai langkah yang tak rasional, dan mengajak masyarakat untuk tetap tenang serta berdemo secara damai.
Lewat platform Truth Social, Trump menyatakan bahwa jika Gubernur Newsom dan Wali Kota Los Angeles Karen Bass gagal mengatasi krisis, maka pemerintah federal akan mengambil alih penanganan kerusuhan dan penjarahan.
Ketegangan ini mencerminkan konflik antara pemerintah pusat yang dipimpin Partai Republik dan otoritas lokal Los Angeles yang berada di bawah kendali Partai Demokrat, di tengah pengetatan kebijakan imigrasi nasional.
Wakil Presiden JD Vance menyebut para pengunjuk rasa sebagai “pemberontak” yang membawa bendera asing dan menyerang petugas imigrasi. Sementara Penasihat Senior Gedung Putih, Stephen Miller, menggambarkan aksi tersebut sebagai “pemberontakan kekerasan.” Namun, menurut dua pejabat AS, Undang-Undang Pemberontakan (Insurrection Act) tahun 1807 belum diberlakukan.
UU tersebut memungkinkan presiden menggunakan militer untuk meredam kerusuhan sipil. Penerapan terakhirnya terjadi saat kerusuhan Los Angeles tahun 1992.
Rekaman dari lokasi menunjukkan puluhan aparat keamanan berseragam lengkap dan memakai masker gas berbaris di jalanan Paramount, yang dipenuhi keranjang belanja terbalik dan asap gas air mata. Beberapa demonstran telah ditangkap, menurut laporan langsung Reuters.
Kepolisian Los Angeles menyatakan lewat akun X bahwa sejumlah orang ditahan karena menolak membubarkan diri meski telah diperingatkan. Jumlah pasti penangkapan belum dirilis secara resmi.
Salah satu pengunjuk rasa, Ron Gochez, menegaskan bahwa komunitasnya tidak akan tinggal diam saat pekerja imigran mereka ditangkap. Ia menyebut perlawanan terorganisir sebagai satu-satunya jalan.
Gelombang protes dipicu oleh operasi ICE (Immigration and Customs Enforcement) pada Jumat malam yang menangkap sedikitnya 44 orang atas dugaan pelanggaran imigrasi. DHS (Departemen Keamanan Dalam Negeri) menyebut sekitar 1.000 orang terlibat dalam kerusuhan tersebut, meski klaim ini belum dapat diverifikasi oleh Reuters.
Direktur Eksekutif organisasi imigran Chirla, Angelica Salas, menyampaikan kekhawatirannya karena pengacara belum diberi akses kepada para tahanan. Ia menganggap kondisi ini sangat mengkhawatirkan.
Trump sendiri telah berjanji akan memperketat kontrol perbatasan dan mencetak rekor deportasi. Pemerintah bahkan menargetkan ICE untuk menangkap hingga 3.000 migran per hari. Namun, kebijakan ini juga berdampak pada penduduk legal, termasuk pemegang kartu hijau, sehingga memicu gugatan hukum.
Pihak ICE, DHS, maupun Kepolisian Los Angeles belum memberikan tanggapan terkait protes maupun kemungkinan penggerebekan lanjutan. Tayangan media menunjukkan kendaraan mirip militer dan van berisi agen berseragam federal berpatroli di sejumlah titik kota.
Menurut Salas, penggerebekan berlangsung di sekitar toko-toko seperti Home Depot, pabrik garmen, dan gudang tempat pekerja harian biasanya berkumpul. Wali Kota Bass mengecam keras tindakan tersebut.
“Saya sangat marah. Taktik seperti ini menebar ketakutan di masyarakat dan merusak fondasi keamanan kota. Kami tidak akan tinggal diam,” tegasnya dalam pernyataan resmi.