Berita Terkini Indonesia -- Presiden Prabowo Subianto memerintahkan aparat penegak hukum untuk menindak tegas pelaku pengoplosan beras. Ia menginstruksikan Jaksa Agung ST Burhanuddin dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo agar mengusut para penggiling padi yang mencampur beras biasa namun menjualnya sebagai beras premium.
Menurut Prabowo, praktik curang ini merugikan negara hingga Rp100 triliun setiap tahun. Ia mencontohkan modus yang digunakan, yakni membungkus beras biasa dengan label premium dan menjualnya di atas harga eceran tertinggi, yang menurutnya merupakan bentuk penipuan dan pelanggaran hukum pidana.
"Ini jelas penipuan. Saya minta aparat hukum bertindak. Kerugian negara luar biasa besar, hanya dinikmati segelintir pengusaha," kata Prabowo saat menghadiri peluncuran Kopdes Merah Putih di Klaten, Jawa Tengah, Senin (27/5).
Bahaya Konsumsi Beras Campuran
Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Dr. Sri Raharjo, mengkritisi lemahnya pengawasan distribusi pangan, khususnya pada produsen dan pasar tradisional, yang memungkinkan praktik beras campuran terus terjadi. Walau istilah "beras oplosan" tidak tercantum dalam regulasi resmi, praktik pencampuran beras dengan bahan non-pangan atau kualitas rendah tetap dianggap melanggar aturan keamanan pangan.
Ia menyebut bahwa dalam beberapa kasus, beras dicampur dengan bahan kimia berbahaya seperti klorin, pemutih, pewangi buatan, bahkan parafin atau plastik, demi menciptakan tampilan beras yang tampak bersih dan menarik. Padahal, zat-zat ini bisa menimbulkan efek serius seperti kanker, gangguan ginjal, dan kerusakan hati bila dikonsumsi terus-menerus.
Klorin, misalnya, digunakan untuk memutihkan beras namun termasuk zat yang bersifat karsinogenik. Ia menjelaskan, senyawa hipoklorit yang terkandung dapat menghasilkan trihalometan, senyawa pemicu kanker yang telah diklasifikasikan oleh IARC (International Agency for Research on Cancer).
Paparan jangka panjang terhadap zat berbahaya dalam beras dapat memperberat kerja organ detoksifikasi seperti hati dan ginjal. Pewarna sintetis seperti Rhodamin B bahkan bisa menyebabkan sirosis atau gagal ginjal.
Ciri-ciri Beras Oplosan
Prof. Sri Raharjo bersama pakar dari IPB University, Prof. Tajuddin Bantacut, mengungkapkan sejumlah tanda fisik yang bisa dikenali masyarakat untuk menghindari beras oplosan, di antaranya:
-
Warna beras terlalu putih dan mencolok
-
Aroma menyengat seperti bahan kimia
-
Saat dibakar, berbau seperti plastik
-
Mengapung saat direndam atau air rendaman berubah warna
Sri Raharjo menyarankan agar masyarakat memilih beras dengan label SNI serta mempertimbangkan sumber karbohidrat lain seperti singkong atau ubi untuk mengurangi risiko. Prof. Tajuddin juga mengimbau agar masyarakat jeli terhadap nasi yang terlihat, berbau, atau bertekstur tidak seperti biasanya karena bisa menjadi indikasi pencampuran bahan yang merusak mutu.