BLANTERORIONv101

Menag Nasaruddin Tegaskan: Peringatan 1 Muharram Bukan Bid’ah, Tapi Momentum Spiritual

26 Juni 2025

Berita Terkini Indonesia -- 1 Muharram menandai dimulainya tahun baru dalam penanggalan Hijriah dan menjadi kesempatan penting bagi umat Islam untuk melakukan perenungan serta menyusun langkah kehidupan yang lebih bermakna. Momen ini tidak sekadar seremonial, melainkan pengingat atas kekuasaan Allah yang tercermin dalam pergantian waktu, sebagaimana disebutkan dalam Surah Yunus ayat 6, bahwa dalam perubahan malam dan siang, serta ciptaan Allah di langit dan bumi, terdapat tanda-tanda bagi mereka yang bertakwa.

Peringatan tahun baru Islam merupakan saat yang tepat untuk introspeksi diri, mempererat hubungan antarsesama, dan mengingat kembali bahwa manusia merupakan bagian dari semesta ciptaan Tuhan.

Pandangan Menag Nasaruddin Umar soal 1 Muharram

Meski kerap dirayakan melalui kegiatan religius dan budaya, sebagian orang masih menganggap peringatan 1 Muharram sebagai bid’ah. Menanggapi hal ini, Menteri Agama Nasaruddin Umar memberikan penjelasan dalam forum Ngaji Budaya yang diadakan Kementerian Agama pada Senin, 23 Juni 2025.

Dalam kesempatan tersebut, ia menegaskan bahwa peringatan 1 Muharram bukan merupakan praktik menyimpang dari ajaran Islam. Justru, tradisi ini sarat makna spiritual dan sosial yang sejalan dengan ajaran Islam, termasuk dalam perspektif ekoteologi.

"Memperingati 1 Muharram bukanlah pelestarian bid’ah. Jika kita memahami konsep ekoteologi, sangat sulit untuk terjerumus dalam kemusyrikan. Nilai-nilai dalam 1 Muharram justru mendorong kita untuk tidak berkonflik, tidak berperang, dan lebih banyak melakukan refleksi diri," jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa pendekatan ekoteologi membantu umat Islam memahami keterhubungan antara manusia, alam, dan keseimbangan batin. Tradisi ini, menurutnya, memberi ruang bagi umat untuk menjaga perdamaian dan mendalami makna kehidupan.

Suasana dalam peringatan 1 Muharram yang sederhana dan tanpa kemewahan, seperti duduk di lantai tanpa kursi, juga mengandung pesan simbolik mendalam. "Ini adalah sarana mempertajam nurani. Mungkin akal kita sudah tajam, tapi belum tentu hati kita. Maka dengan duduk bersama di lantai, tanpa kursi, kita menghidupkan simbol kesederhanaan yang menyentuh kesadaran jiwa," ujarnya.

Penjelasan ini menegaskan bahwa peringatan 1 Muharram bukanlah penyimpangan dari nilai-nilai Islam, melainkan bagian dari upaya memperkuat spiritualitas, meningkatkan hubungan sosial, serta menjaga keseimbangan dengan lingkungan hidup. Dalam kerangka ini, tradisi tahun baru Hijriah justru memperkaya kehidupan beragama umat Islam di Indonesia.

Komentar